Seorang pemburu muda tampak setengah berlari menuju pepohonan
rindang. Wajahnya menunjukkan kelelahan yang begitu serius. Nafasnya
masih tersengal.
“Uh, ternyata sulit sekali memburu macan tutul,” ucapnya kepada seorang rekannya yang lebih senior.
“Dengan cara apa kamu memburu macan tutul?” ucap si pemburu senior
sambil memperbaiki posisi duduknya di bawah rindangnya pepohonan di
sebuah tepian hutan.
“Aku terus melacak jejaknya. Sudah kusiapkan senjata berjenis jarak
jauh yang akurat. Kalau saja macan itu sudah kutemukan…,” jelasnya
kemudian.
“Saudaraku, lihatlah di balik pohon besar itu!” ucap si pemburu senior sambil menunjuk sebuah kerangkeng besi.
Dan betapa terkejutnya si pemburu muda ketika mendapati di kerangkeng
besi itu terdapat dua ekor macam tutul. Ia pun terperangah. Bagaimana
mungkin si pemburu tua bisa mendapatkan dua ekor tanpa berpayah-payah
sepertinya?
“Pak tua, dengan senjata apa kau bisa melumpuhkan dua macan tutul
sekaligus? Padahal, aku tidak melihat dirimu berpayah-payah
mengejarnya?” suara si pemburu muda dari kejauhan. Matanya masih lekat
menatap dua macan tutul itu.
Pemburu tua pun menghampiri pemburu muda yang masih terperangah dengan apa yang ada di hadapannya.
“Saudaraku,” ucapnya sambil tangan kanannya menepuk bahu si pemburu
muda. “Tidak semua berburu itu berarti mengejar,” tambahnya kemudian.
“Maksudmu?” kilah pemburu muda sambil sedikit menoleh. “Tampakkanlah
apa yang paling mereka suka, merekalah yang akan mengejarmu. Nafsulah
yang membuat mereka menjadi bodoh, dan tidak lagi bisa membedakan mana
umpan dan mana temuan,” ungkap si pemburu tua yang disambut anggukan
oleh si pemburu muda.
**
**
Kehidupan saat ini sudah seperti arena perburuan yang saling
berkejaran satu sama lain untuk memperebutkan sejumlah kepentingan
individu dan kelompok. Saat itulah, masing-masing kita menjadi sangat
berwaspada dengan kelompok atau pihak yang menampakkan perburuan
terhadap kita.
Tapi berhati-hatilah dengan permainan jebakan dari pihak lawan dengan
umpan-umpan yang menggelorakan syahwat duniawiyah. Karena saat itulah,
nalar dan kewaspadaan kita berada pada posisi terendah, sehingga tak
lagi bisa membedakan mana umpan dan mana temuan.
0 komentar:
Posting Komentar