Rabu, 02 Mei 2012

Kisah lengkap Sara Bokker menemukan Islam, “Islam adalah jalan hidup, Akhirnya aku bebas!”

Sara Bokker, seorang wanita Barat, asal Amerika Serikat, mantan artis, aktivis feminis liberal, model, yang hidup layaknya seperti para wanita Barat dalam gaya hidupnya, memeluk Islam setelah perjalanan panjang mencari kebenaran. Sebelumnya sebuah artikel tulisannya “Aku lepaskan bikini untuk Niqab, akhirnya aku bebas” yang telah diterjemahkan dan dipublikasikan oleh tim arrahmah.com yang berjudul asli “Why i shed bikini for Niqab: The new symbol of women’s liberation” yang sangat menyentuh dan menginspirasi, terkhusus bagi kaum hawa. Berikut ini, adalah artikel lain yang ditulis oleh Sara yang berjudul asli “How Sara Bokker Found Islam”, ditulis pada tahun 2008, berikut artikel ukhti Sara yang berhasil diterjemahkan oleh tim Muslimahzone.com, semoga dapat lebih menginspirasi muslimah pada khususnya dan masyarakat pada umumnya:
***
Bagaimana Sara Bokker menemukan Islam
Aku tumbuh di  kota kecil di South Dakota, Amerika Serikat, yang aku pernah berhubungan hanya dengan agama yang ada di berbagai denominasi Kristen.  Aku dan keluargaku kadang-kadang menghadiri gereja Lutheran, didorong oleh ibuku, dan akhirnya aku membenarkan Lutheran. Aku percaya Tuhan, tetapi aku tidak percaya pada semua “barang gereja”: bernyanyi, menyembah gambar salib dan Yesus, dan memakan “tubuh dan darah Kristus”. Hal itu hanya tidak masuk akal bagiku.
Sepanjang yang dapat ku ingat, sesuatu selalu hilang. Ada lubang di hatiku, kesedihan yang besar ini dan kegelapan kesendirian yang merasuki setiap sel dalam tubuhku, pikiran, dan jiwa. Tidak ada yang dapat mengisi lubang itu, dan kesakitan tak kunjung pergi. Aku beralih ke alkohol di usia yang sangat muda untuk mati rasa sedalam itu, menderita sakit. Tetapi itu hanya sementara, dan ini bahkan selalu membuatku merasa lebih buruk setelah kematian rasa itu.
Kejauhanku dari keluargaku dan setiap orang di sekitarku meningkat seiring dengan pertumbuhanku. Aku memilki kemuakan dan kebencian terhadap diriku sendiri, yang menyebabkanku menjadi benar-benar mengerikan terhadap orangtua ku. Semua yang aku ingat, ingin melarikan diri  – melarikan diri dari “darimana aku dan siapa aku”. Bagaimanapun, aku menyadari bahwa tidak peduli sekeras apapun aku mencoba, aku tidak dapat melarikan diri dari “siapa aku”. Makanya, aku memutuskan untuk melakukan apa yang dapat membuatku melarikan diri dari diriku sebelum aku menghancurkan diriku.
Aku menjadi seorang budak dalam pandanganku. Aku telah termakan oleh ini semua.
Aku keluar dari tempat kuliahku dan meninggalkan South Dakota ke Florida sendirian ketika aku berusia 19 tahun. Siap untuk membuat sebuah permulaan yang baru di lingkungan baru yang menggairahkan, aku menemukan sedikit kebahagiaan untuk sebuah periode singkat dari waktu. Tetapi hal itu dangkal. Rasa sakit itu dan kesedihan, lubang di hatiku, masih ada.
Aku telah menghabiskan bertahun-tahun untuk sesuatu yang dapat menyembuhkan diriku. Aku beralih ke psikologi, pertolongan sendiri dengan buku-buku dan rekaman dan latihan, semua yang benar-benar membantuku dalam urusan yang besar. Beberapa pekerjaanku memungkinkakku untuk mendapatkan beberapa uang dengan mudah, maka itu habis secepat mendapatkannya, “terimakasih atas belanja dan pesta”.
 Dengan tujuan untuk tetap bersama setiap orang, aku mengambil kartu kredit – kartu kredit yang banyak – dan aku menemukan diriku tenggelam lebih dalam dan lebih dalam lagi di dalam hutang, tetapi tidak begitu peduli karena aku merasa hanya hidup untuk satu hari. Aku juga terjepit dalam pandanganku. Ini menghabiskan banyak waktu dan uang untuk tampil baik. Aku menjadi seorang budak dalam pandanganku. Aku telah termakan oleh semua ini: Penata rambut, gym, mall, dsb. Setelah semua itu, aku sebagaimana pandangaku, atau jadi apa yang aku pikirkan. Dan aku hanya tahu aku akan bahagia jika setiap orang memandangku, jika aku mendapatkan perhatian. Dan aku mendapatkan perhatian, tetapi aku benci!, ini membuatku sengsara. Jadi apa yang dapat membuatku bahagia? Aku masih mencarinya.
Aku menemukan cinta, dan itu membuatku sedikit bahagia. Kemudian aku mulai melihat kea rah keagamaan, semua macam dan tipe keagamaan. Cukup menarik, aku menemukan ada beberapa yang menjadi “kebenaran universal” di banyak agama. Terlihat berbeda, tetapi intinya sama. Cintaku untuk semua kemanusiaan dan kedamaian di dalam hatiku meningkat tajam seiring pencarian dan pertumbuhan spiritualku. Aku menjadi sangat tertarik di bidang “studi metafisika”, dan beberapa tipe mediasi Timur dan yoga. Aku paling mengagumi hal-hal ini. Bagaimanapun, aku menginginkan lebih. Aku ingin seseorang memberitahuku dengan tepat apa yang harus dilakukan dan bagaimana untuk melakukannya. Aku butuh aturan dan struktur. Dan aku tidak mendapatkan itu di fakta lapangan yang sangat liberal ini, abstrak, dan bebas.
Akhirnya aku kembali ke perkuliahan, dan itu membuatku jauh lebih baik tentang diriku. Aku mengembangkan keinginan besar pada hubungan internasional dan setelah aku belajar kebenaran buruk tentang “Sejarah Amerika” dan “Kebijakan Luar Negeri AS”, aku terkejut dengan semua ketidakadilan ini, rasisme, dan penindasan. Itu menyakiti hatiku. Aku telah sangat menyedihkan oleh penderitaan di dunia ini. Aku memutuskan, aku harus melakukan sesuatu untuk ini.
Aku hanya terlalu keras kepala untuk mengajukan salah satu cara untuk menjadi Muslim. Aku memulai  jaringan dengan mendidik sekolah menengah lokal dan mahasiswa tentang ketidakadilan di Timur Tengah, dan akhirnya aku mulai mengorganisir para aktivis lokal untuk pergi ke Washington DC, untuk memprotes perang yang akan datang di Irak. Selama proses ini, aku berjumpa dengan seorang pria yang mengagumkan – seorang muslim – yang juga melakukan hal yang sama. Aku tidak pernah melihat seseorang yang telah mendedikasikan hidupnya untuk penyebab yang juga aku sangat peduli  – keadilan dan hak asasi manusia. Dia telah memulai organiasinya, yang aku menjadi sukarelawan, karenanya aku dapat belajar darinya dan membantu perjuangannya. Karena kami bekerja bersama, dia berbagi kepadaku tentang sejarah Nabi Muhammad shallahu ‘alaihi wa salam, para sahabatnya, dan peradaban yang mengagumkan dari Islam – satu-satunya contoh dari keadilan masyarakat di planet ini. Aku terkejut mendengar sejarah-sejarah ini, karena aku tidak tahu apa-apa tentang sejarah ini. Aku menjadi terpikat oleh Islam dan membaca banyak tentangnya, akhirnya aku membaca Al Qur’an.
Aku menemukan di dalam Islam, kebenaran yang aku sedang cari. Akhirnya semuanya masuk akal. Bagaimanapun, aku merealisasikan banyak kesalahpahaman dan klise yang aku bahkan tidak menyadarinya. Pertama-tama, aku tidak tertarik pada isu perempuan dan belum mengerti mengapa mereka berpakaian sangat berbeda. Aku dengan tegas mengatakan, “aku tidak akan pernah dapat berpakain seperti itu”, karena aku masih mempunyai  pikiran, “bagaimana aku terlihat adalah aku”.  Maka jika orang-orang tidak dapat melihat bagaimana aku, maka aku bahkan tidak akan pernah ada. Juga, bagaimana tentang “perempuan yang tinggal di rumah dan hanya memperhatikan anak-anak dan perkerjaan rumahtangga dan mendengarkan suaminya?” , ini terlalu banyak bagiku! Tidak ada jalan yang aku dapat mengerti mengapa seorang perempuan harus tinggal di rumah. Siapa dia jika dia tidak ada “diluar sana” mendaki jalanya untuk  “kaca-kaca langit”? Dan mengapa dia harus mematuhi suaminya?
Aku menemukan jawaban yang indah dari pertanyaan-pertanyaan ini, yang sangat logis dan luar biasa fungsional.  Kalian  lihat, Islam bukan sekedar “sebuah agama”. Islam adalah sebuah jalan sempurna di dalam kehidupan. Di dalamnya, kalian memiliki petunjuk dan jawaban-jawaban bahkan untuk hal yang paling kecil, seperti bagaimana makan dan tidur. Ini mengagumkan!
Bagaimanapun, aku masih tidak berkeinginan untuk masuk Islam. Itu terlihat terlalu dini bagiku, terlalu banyak pertanggungjawaban dan aku terlalu keras kepala untuk mengajukan cara bagaimana seharusnya untuk menjadi seorang Muslim. Kemudian pada malam yang dingin di Januari 2003, aku sedang berada di dalam bis kembali dari demonstrasi anti-perang di Washington DC, aku berada dipersimpangan jalan hidupku. Aku benci pekerjaanku dan baru saja meninggalkan suamiku karena kita telah hidup terpisah. Aku telah cukup mengorganisir orang-orang anti-perang. Aku berkata kepada diri sendiri, “apa yang dapat aku lakukan? Apa yang dapat aku lakukan? Aku hanya ingin menjadi seseorang yang baik dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Tetapi bagaimana? Apa yang harus aku lakukan?”, Tiba-tiba, jawabannnya datang kepadaku: Menjadi Muslim. Itu saja! Sebuah selimut perdamaian memelukku. Aku merasa begitu tenang dan yakin dan penuh dengan kebahagiaan. Tiba-tiba aku mempunyai sebuah tujuan hidup, sebuah alasan untuk ada.
Hidup tetaplah hidup: ini tidak mudah, tetapi sekarang aku memiliki buku panduan.
Seminggu kemudian, aku mengucapkan dua kalimat Syahadat di depan publik di sebuah pelataran untuk Masjid baru. Segera setelah aku mengucapkannya, dua pelangi terlihat di langit! Setiap orang yang menyaksikannya sangat terharu dan semua muslimah berdatangan setelah itu memelukku. Aku menangis dari sukacita yang sangat banyak, karena kebanyakan orang disana, bahagia karena memiliki ku di Ummat ini.
Hari berikutnya, bersemangat untuk menunjukkan kepada dunia, aku seorang Muslim!
Aku pergi ke tempat toko lokal Timur Tengah dimana mereka menjual hijab-hijab yang cantik dan pakaian yang sesuai dengan persyaratan pakaian Muslim. Aku membeli banyak gaun (jilbab) dan kerudung, dan sejak hari itu, aku berpakaian dengan benar. Ahhhhh…akhirnya bebas! Aku telah merusak belenggu fashion dan perbudakan fisik yang diberlakukan oleh masyarakat dangkal. Sejujurnya, aku merasa seperti sebuah beban berat telah terangkat dari pundakku. Aku tidak lagi merasa tertekan untuk berpakaian dan terlihat lebih baik. Akhirnya aku menghargai diriku sendiri dan tidak ada lagi dasar pada penghargaan diriku atas perhatian berdasarkan reaksi dan perhatian orang lain. Ketika banyak yang memandangku dengan pandangan aneh – beberapa dengan rasa kasihan, beberapa dengan rasa marah, dan beberapa dengan rasa penasaran – aku telah mendapatkan penghargaan yang lebih baik dari sebelumnya.
Alhamdulillah, seorang pria yang mengagumkan yang mengenalkanku kepada Islam menikahiku, tepatnya setelah satu bulan aku menjadi Muslim. Sejak itu, kami melanjutkan pekerjaan kami bersama-sama melawan ketidakadilan di seluruh dunia. Kami telah bepergian ke seluruh Timur Tengah dan hijrah dari Amerika ke Mesir untuk bersama ibu suamiku dan tinggal di lingkungan yang Islami. Alhamdulillah, aku diberkahi dengan sebuah keluarga yang indah, selain itu, keluarga yang lebih besar – Ummat islam – aku dapatkan sejak aku menjadi seorang Muslim.
Hidup tetaplah hidup: ini tidak mudah, tetapi sekarang aku mempunyai buku panduan, sebuah struktur, sebuah fondasi. Hati ku telah lengkap. Kesedihan dan kesendirian telah pergi. Sekarang aku merasa, aku adalah bagian. Aku adalah seseorang. Dan aku di rumah, setidaknya untuk saat ini, di dalam milidetik ini yang kita katakan (kehidupan duniawi), hingga aku sampai di akhir, di rumah abadi di akhirat, insya Allah dekat dengan yang Tercinta, Penciptaku, Tuhan Semesta alam, yakni Allah yang Maha Suci dan Maha Agung.
Sara Bokker
Sara Bokker adalah seorang mantan artis, model di Amerika Serikat, instruktur fitness, dan aktivis. Saat ini Sara adalah seorang direktur komunikasi di The March for Justice, seorang co-founder The Global Sisters Network. Dan produser terkenal Shock & Awe Gallery©. Sara bias dihubungi di srae@marchforjustice.com.
***

0 komentar:

Posting Komentar